RESENSI BUKU
Judul : Arung Jeram, Menelusuri Tantangan Membangun Kematangan.
Penulis : Adi M. Soekirno
Penerbit : Insight, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2006
Tebal : 166 halaman.
Tak ada sebelumnya buku tentang arung jeram beredar di pasaran buku Indonesia, sehingga selama ini pun penggiat arung jeram belajar dari mulut ke mulut. Begitu minimnya buku referensi tentang arung jeram yang ada, tak jarang ketika pembelajaran arung jeram dilakukan maka seorang intruktur merupakan “buku panduan” yang hidup. Cerita seperti ini mengingatkan kita pada cerita film Jacky Cen era 80-an ketika bagaimana ia diajari kungfu oleh gurunya.
Hadirnya buku yang ditulis oleh Adi M. Soekirno ini tentunya membawa angin segar bagi perkembangan arung jeram di tanah air. Setidaknya dunia arung jeram sudah mempunyai buku panduan untuk belajar. Dan, bila hal ini diikuti oleh penggiat yang lain untuk membuat buku serupa, maka tentunya akan memperkaya referensi yang ada.
Ternyata Yogyakarta merupakan salah satu pelopor dan menjadi barometer perkembangan arung jeram di tanah air untuk wilayah Indonesia bagian timur. Tak ayal lagi bila para peminat arung jeram dari kota lain, seperti Malang, Surabaya, bahkan kota-kota dari luar Jawa pun belajar menimba ilmu tentang arung jeram dengan datang ke Yogyakarta.
Kegiatan turun sungai bareng yang beberapa kali diadakan di sungai Serayu, Wonosobo merupakan bukti nyata bila para rafter / kayaker Yogyakarta dianggap sebagai tuan rumah yang ahli dibidangnya. Beberapa kali kumpulan organisasi pecinta alam dari Malang diantar mengarungi sungai Serayu oleh anak-anak Palapsi UGM. Contoh lain yang aktual adalah perkembangan arung jeram di Sumatra Barat yang dipelopori oleh Mapala Unand Padang tak lepas pembelajarannya tentang arung jeram dari berguru kepada penggiat arung jeram dari Yogyakarta pada tahun 1997.
Dituliskan dalam buku ini bila sejak tahun 80-an ternyata para penggiat arung jeram di Yogyakarta telah mengembangkan misinya untuk merambah sungai-sungai perawan di Indonesia. Indonesia punya ratusan sungai yang tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi juga Papua yang tentunya merupakan sektor wisata yang perlu dikembangkan. Beberapa sungai akhirnya pun dewasa ini menjadi sektor wisata arung jeram yang menarik dan menantang. Tentunya hal demikian tidak urung karena kepeloporan para arung jeram dalam membuka sungai-sungai dan menjadikannya sebagai ajang bisnis yang potensial.
Dewasa ini sudah tercatat beberapa operator arung jeram mengelola arung jeram sebagai sektor wisata yang layak jual. Di Jawa Barat, sungai Citarik dan sungai Citatih sejak tahun 1995 sudah dikembangkan menjadi arena wisata arung jeram. Di Bali, bisnis wisata ini sejak awal 90-an sudah dikembangkan oleh Sobek Expedition untuk menarik minat turis local dan asing. Di Yogyakarta, walaupun terbilang agak terlambat sejak tahun 2000-an di sungai Elo dan Upper Progo sudah beroperasional operator arung jeram. Bahkan saat ini, ada 6 operator arung jeram yang bareng-bareng beroperasional di sungai Elo, Magelang.
Menyimak tulisan yang disajikan oleh Adi M. Soekirno, kita akan memahami bila disini penulis bukan saja mengupas masalah teknis arung jeram saja sebagai olah raga yang menantang, namun juga dikedepankan bila arung jeram merupakan sarana untuk pengembangan diri.
Seperti mendaki gunung, banyak orang awan bilang bila kegiatan mendaki gunung adalah kegiatan membuang waktu, sia-sia. Apa gunanya naik gunung, bila sudah susah-susah mendaki maka harus susah-susah pula untuk turun gunungnya. Apa yang dicari ? Demikian pula dengan arung jeram. Apalagi banyak kematian diakibatkan karena kegiatan arung jeram.
Mungkin sudah usang bagi telinga kita sehari-hari mendengar bahwa kegiatan pecinta alam identik dengan penampilan yang lusuh, perilaku seenaknya dan masa lulus kuliah yang lama. Dengan buku ini, paradigma tersebut coba diluruskan dengan mengembangkan arung jeram sebagai kegiatan positif bila dilakukan dengan kaidah yang benar.
Pengembangan diri dengan berbasis kompetensi yang diulas dalam buku ini merupakan metode pengembangan diri agar kegiatan arung jeram dapat dimanfaatkan dengan pengukuran yang jelas. Dengan melihat kesenjangan kompetensi dari pelakunya, maka arung jeram digunakan sebagai sarana pengembangan diri untuk melatih kemampuan. Kompetensi yang coba dikembangkan bukan hanya masalah kompetensi teknis semata, seperti teknik mendayung, membaca sungai, melakukan pengarungan dan sebagainya, namun juga kompetensi perilaku seperti kepercayaan diri, motivasi, analisa masalah, risk taking, leadership dan sebagainya. Seperti diulas dalam buku ini, maka peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan banyak latihan pengarungan arung jeram, mengikuti kejuaraan arung jeram dan melakukan ekspedisi arung jeram.
Kompetensi perilaku merupakan hal yang utama. Bagi mahasiswa dan siapapun, tentunya bukan kompetensi teknis yang akan menjadi bekal dirinya untuk masuk ke dunia kerja formal agar bisa menjadi praktisi yang handal. Kompetensi perilaku-lah yang akan menggemblengnya agar menjadi orang yang berkompeten dibidangnya. Dengan perancangan kompetensi perilaku yang coba diketengahkan dalam buku ini, tentunya arung jeram dapat dijadikan proses pengembangan diri jangka panjang bagi pelakunya dalam meniti kehidupan sehari-hari di tempat kerja, organisasi dan kemasyarakatan. Mungkin demikian yang coba diulas oleh penulis yang dikenal sebagai pelopor arung jeram di Yogyakarta namun juga seorang praktisi manajemen sumber daya manusia ini.
Seperti diakui penulis, sebagian buku ini merupakan kumpulan artikel arung jeram yang pernah dimuat di beberapa media massa. Oleh karena itu, yang tersaji adalah rangkaian kata-kata yang operasional sekali dan mudah dipahami. Yang diungkap bukan melulu soal teori. Hal yang perlu digarisbawahi adalah bila ada baiknya dalam ending buku ini (bab terakhir) materi tentang pengembangan diri ditonjolkan lagi, sehingga pesan penulis bahwa arung jeram sebagai sarana pengembangan diri bisa lebih mengena dan nampak sebagai titik beratnya. Beberapa foto dalam buku ini pun perlu direvisi agar dapat dicetak dengan jelas.
Semoga kehadiran buku ini membawa angin segar bagi bisnis wisata arung jeram, khususnya di Yogyakarta agar makin marak diminati oleh kalangan masyarakat luas.
Ditulis oleh :
Lukman Sabani
Kabid. Operasional Palapsi UGM
Fakultas Psikologi UGM
Kamis, 05 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Klau d padang dah ada msuk buku arung jeram ny pak.?
Posting Komentar